Halaman

Minggu, 12 Agustus 2012

Benarkah Shopping Membuat Bahagia?


Shopping alias berbelanja menjadi kegiatan yang digemari kalangan wanita. Selain untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, shopping meski hanya sekedar berkeliling di mal menjadi pilihan banyak orang untuk mengembalikan mood-nya. Aktivitas yang disebut juga dengan retail therapy ini bahkan kepuasannya disejajarkan dengan seks.
Para peneliti dari Universitas Westminster di London, Inggris, menemukan bahwa pada perempuan, aktivitas shopping mengaktifkan area tertentu di otak yang juga akan aktif saat sedang berhubungan seks.
"Shopping menyebabkan kita berinteraksi dengan dunia dan mengeksplorasi ketertarikan. Membeli barang yang kita sukai juga menggambarkan kita menghargai diri sendiri," kata April Lane Benson, penulis buku To Buy or Not to Buy: Why We Overshop and How to Stop.
Ia menjelaskan, kegiatan berbelanja seharusnya dilakukan secara sadar. Tanyakan pada diri secara jujur apakah kita memiliki waktu, energi, uang, dan pengalihan emosi.
"Shopping seharusnya tidak dipakai untuk mengisi kekosongan di hati. Cara ini tak akan berhasil dan akan menjauhkan kita dari kesadaran apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan cara mendapatkannya," katanya.
Walau pun shopping bisa mendatangkan bahagia, tapi jika hanya meninggalkan utang kartu kredit, kebahagiaan itu tak akan bertahan lama. Apalagi, sebagian besar orang membeli barang-barang yang tidak dibutuhkannya.
"Ingatlah bahwa kita tak akan pernah merasa cukup pada apa yang sebenarnya tidak dibutuhkan," 

Tidak ada komentar: